MATERI
AKUSTIK KELAUTAN
Pertemuan ke-2
Konsep Konsep Akustik
Kelautan
Akustik kelautan merupakan ilmu yang
mempelajari rambatan gelombang suara pada kolom air laut. Terdapat beberapa
permasalahan yang dibahas dalam akustik kelautan ini, diantaranya adalah
kecepatan gelombang suara, waktu (pada saat gelombang dipancarkan hingga
gelombang dipantulkan kembali), dan kedalaman perairannya. Akustik kelautan
dipelajari atas dasar beberapa asumsi yaitu laut begitu luas, dalam, dan sangat
dinamis. Adapun anggapan bahwa manusia telah mencapai planet terjauh namun
belum mencapai laut terdalam, sehingga dibutuhkan alat dan metode untuk
melakukan pendeskripsian kolom dan dasar laut. Metode saat ini yang sudah cukup
banyak dilakukan yaitu metode akustik.
Prinsip Hidroakustik didasarkan pada
prinsip yang sederhana, yaitu gelombang suara dipancarkan melalui sebuah alat
yang menghasilkan energi suara (tranducer) pada kolom perairan ataupun dasar
perairan. Hal ini dilakukan dengan mengubah energi elektrik menjadi energi mekanik. Ketika energi tersebut mengenai suatu target
maka gelombang suara akan dikembalikan (dipantulkan) dalam bentuk echo yang
akan kembali ke receiver (suatu bagian dari alat akustik sebagai penerima
gelombang pantulan).
Metode akustik merupakan proses-proses
pendeteksian target di laut dengan mempertimbangkan proses-proses perambatan
suara, karakteristik suara (frekuensi, pulsa, intensitas), faktor lingkungan
atau medium, kondisi target, dan lain sebagainya. Metode akustik mempunyai keunggulan komparatif yaitu
berkecepatan tinggi, estimasi stok ikan secara langsung, dan dapat memproses
data secara real time, tepat, dan akurat. Dengan menentukan
selang waktu antara gelombang yang dipancarkan dan yang diterima, transducer
dapat memperkirakan jarak dan orientasi dari suatu objek yang dideteksi. Dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Jarak = Kecepatan
Suara x Waktu
2
Akustik terbagi menjadi 2 macam, yaitu akustik pasif dan akustik aktif,
1.
Akustik pasif merupakan suatu aksi
mendengarkan gelombang suara yang datang dari berbagai objek pada kolom
perairan. Akustik pasif dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air,
gempa bumi, letusan gunung api, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan
lainnya, aktivitas kapal-kapal laut, ataupun sebagai peralatan untuk mendeteksi
kondisi di bawah air.
2.
Akustik aktif memakai prinsip SONAR
yaitu mengukur jarak dan arah dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya
dengan menghasilkan gelombang suara serta mengukur waktu tempuh dari gelombang
tersebut.
Salah satu kasus yang terjadi dalam aplikasi metode
akustik ini yaitu kasus afternoon effect. Kasus ini terjadi pada saat Lt. Pryor
(USS Semmes) di Guantanamo Bay pada tahun 1930-1936, mencoba echo ranging
system yang sekarang disebut SONAR. Ketika melakukan pendeteksian dari atas
kapal ternyata tidak berhasil, lalu percobaan dilakukan di bawah kapal dan
ternyata berhasil. Kemudian masalah baru yang muncul yaitu pada percobaan yang
dilakukan pagi hari data berhasil didapatkan namun ketika siang hari dengan
kondisi cuaca sangat panas, data berubah. Lt. Pryor menduga bahwa pada siang
hari fitoplankton sedang berkembang dan melepaskan banyak bubbles (gelembung
oksigen) hasil dari fotosintesis sehingga menghalangi gelombang suara yang
dipancarkan. Dari kasus tersebut disimpulkan bahwa pada saat perairan bersuhu
cukup tinggi transmisi gelombang suara akan terhambat. Sepuluh tahun kemudian
ditemukan bahwa missing sound terjadi akibat pengaruh dari suhu, salinitas, dan faktor
lainnya.
Pertemuan ke-3
Kecepatan Suara Di laut
Kecepatan suara bergantung pada suhu, salinitas, tekanan,
musim, dan lokasi. Dengan rumus kecepatan suara :
C = 1449,2 + 4,6T - 0,055T2 +
0,00029T3 + (1,34 - 0,010T)(S-35) - 0,016Z
dengan : C = Kecepatan suara (m/s)
T = Suhu (oC)
S = Salinitas (psu)
Z = Kedalaman (m)
dengan begitu, dapat dikatakan bahwa kecepatan suara di laut dipengaruhi
oleh suhu, salinitas, dan kedalaman laut. Dan semakin jauh suara dari sumber
suara, maka kegiatan echo akan mengalami perubahan dari segi ruang dan waktu. Kecepatan
rambat suara bergantung pada kompressibilitas dan densitas. Didalam laut, K dan
ρ bergantung pada suhu, salinitas, dan tekanan
C = C ( S x T x ρ )
Bila suhu bertambah maka ρ berkurang dan akibatnya C bertambah. Sehingga
semakin tinggi suhu, semakin cepat perambatan suara. Di lapisan permukaan,
pertambahan C akibat dari pertambahan suhu adalah 3 m/sec/C
Dalam metode akustik, terdapat alat yang
dinamakan Accoustic Doppler Current Profiler (ACDP) yang memiliki fungsi untuk
mengukur arus, plankton, dan lain sebagainya. Alat ini dibuat oleh RDI/Fran
Rowe dan Kent Dernes pada tahun 1981 dengan memakai prinsip efek Doppler yang
berarti semakin dekat sumber suara semakin kencang suaranya. Peletakan ACDP
harus dalam, bisa mencapai 700 m, karena apabila terlalu dekat dengan permukaan
akan mempengaruhi pelayaran kapal. Semakin panjang alat ACDP, semakin besar
harddisc nya sehingga penyimpanan alat di dasar laut dapat lebih lama.
Pertemuan ke-4
Komponen - Komponen
Dalam Metode Akustik
1.
Absorbsi
Absorbsi gelombang suara yaitu
penyerapan gelombang suara sehingga menyebabkan transmisi hilang pada saat echo dari transducer.
Absorbsi gelombang suara di kolom perairan laut bergantung pada beberapa faktor
yaitu suhu, salinitas, pH, kedalaman, dan frekuensi gelombang. Sifat gelombang
ketika dipancarkan dan semakin jauh dari transducer maka kecepatannya dan
pantulannya akan semakin melemah.
2.
Target Strength
Kekuatan pantulan gema yang dikembalikan
oleh target dan relative tergadap intensitas suara yang mengenai target disebut Target
Strength. Target Strength didefinisikan juga sebagai 10x nilai logaritma
dari intensitas suara yang mengenai ikan/target. Target Strength dapat
dihitung dengan rumus :
TS = 10 (log Ir/Ii)
dengan :
TS = Target Strength
Ir = Energi suara yang dipantulkan, yang diukur
Ii = Energi suara yang mengenai ikan/target
3.
Volume Scatter
Rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target
yang berada pada suatu volume air tertentu (1m3) pada disebut Volume
Scatter atau disebut jugaScattering Volume (SV).
Backscattering strength yaitu rasio antara intensitas yang
direfleksikan oleh suatu kelompok single target yang diukur
dari target. Scattering Volume(SV) dapat dihitung menggunakan rumus
:
SV = 10 log pV + TS
dengan :
SV = Scattering Volume
ρ = Densitas perairan
V = Volume perairan
TS = Target Strength à TS = 10 (log Ir/Ii)
4.
Lapisan SOFAR
Lapisan dimana terjadinya akumulasi suhu dan kedalaman disebut lapisan
SOFAR (Sound Fixing and Ranging). Lapisan ini juga merupakan lapisan
dimana kecepatan suara menjadi sangat lambat sehingga disebut juga lapisan C
minimum, dimana C adalah kecepatan suara. Gelombang suara yang merambat
dalam jarak yang cukup besar di perairan laut akan terperangkap dalam lapisan
SOFAR ini.
5.
Echosounder data
Echosounder data yaitu merupakan output data
hasil dari akustik, biasanya berupa GSV, ASCII, dan lain-lain. Data ASCII dapat
diolah dengan menggunakan software surfer 10. Point penting dalam Echosounder data
ini yaitu terdapatnya nilai x,y (posisi koordinat), dan z (kedalaman).
Sumber : Kuliah Akustik
Kelautan
SHADOW ZONE
Shadow Zone merupakan wilayah atau
daerah dimana gelombang suara tidak dapat merambat atau lemah sehingga hampir
tidak dapat merambat dalam suatu medium. Hal ini disebabkan karena secara umum,
berdasarkan pembagian pengaruh faktor oseanografi terhadap kecepatan suara,
laut dibagi menjadi 3 zona secara vertikal yaitu : zona 1 dimana kecepatan suara
meningkat akibat peningkatan tekanan karena kedalaman bertambah, zona 2 dimana
kecepatan suara menurun drastis akibat adanya daerah thermocline, zona 3 dimana
kecepatan suara meningkat akibat tekanan bertambah dan temperatur kedalaman
relatif konstan, itu adalah profile kecepatan suara underwater. Akibat adanya
refraksi atau pembiasan variasi vertikal dari kecepatan suara di dalam laut
selanjutnya menghasilkan apa yang disebut dengan shadow zone dan sound channel.
Pada shadow zone, gelombang suara dapat dibelokkan ke atas atau ke bawah
sehingga sulit dideteksi, karena itulah pada zona ini banyak digunakan untuk
persembunyian kapal selam agar tidak terdeteksi oleh kapal lain. Menurut Urick
(1983) di kolom perairan terjadi pembelokan gelombang suara (refraksi) yang terjadi karena
perbedaan kedalaman, salinitas dan suhu
ait laut. Pengaruh yang paling nyata
terlihat jika terjadi kenaikan suhu air
laut sebesar 1°C akan menyebabkan
meningkatnya kecepatan suara sebesar 1m/detik.
Akibatnya jika suhu meningkat menurut kedalaman maka gelombang suara yang dipancarkan akan cenderung
dibelokan ke arah permukaan air.
Gambar. Pembentukan shadow zone
Sumber : http://www.dosits.org
SUMBER
:
ATENUASI GELOMBANG
SUARA
Atenuasi sendiri artinya kekuatan
sinyal berkurang atau melemah bila jaraknya terlalu jauh melalui media
transmisi, baik dengan menggunakan media transmisi guide seperti kabel, atau
media transmisi unguided seperti gelombang. Atenuasi biasa terjadi pada sinyal
analog, karena atenuasi berubah-ubah sebagai fungsi frekuensi, sinyal yang
diterima menjadi menyimpang dan mengurangi tingkat kejelasan. Atenuasi juga
menjadi faktor pelemahan gelombang suara saat merambat. Atenuasi terjadi
sebelum pantulan (refleksi) dari gelombang suara. Atenuasi ini dapat
dimanfaatkan untuk alat atau instrumentasi diagnostik. Medium seperti jaringan
(tissue) akan menurunkan amplitude dan intensitas gelombang dalam perjalanannya
melewati medium disebut atenuasi. Peristiwa yang terjadi pada atenuasi ini
terdiri dari absorbsi, refleksi dan scattering. Adapun satuan dari atenuasi
adalah decibles (dB). Sedangkan koefisiensi atenuasi adalah atenuasi yang
terjadi per satuan panjang gelombang yang satuanya decibles per centimeter
(dB/cm)
Attenuation(dB) = attenuation coefficient (dB/cm) x path
length (2)
Bila
koefisien atenuasi meningkat maka
frekuensi akan meningkat pula. Setiap jaringan mempunyai koefisiensi atenuasi
yang berbeda. Koefisien ini menyatakan besarnya atenuasi per satuan panjang,
yaitu semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi koefisiensi
atenuasinya.
Secara sederhana, jaringan lunak
hampir sama atau di atas rata-rata 1 dB atenuasi per centimeter untuk jaringan
lunak adalah sebanding dengan frekuensi dalam MHz. Untuk menghitung atenuasi
dalam decibles hanya perlu mengalikan frekuensi dalam megahertz (hasilnya
mendekati / sebanding dengan koefisiensi atenuasi dalam dB/cm). Terdapat 3
jenis atenuasi yang umum berpengaruh pada gelombang suara, yaitu atenuasi
karena absorbsi molekuler oleh udara, atenuasi karena keberadaan obstruksi, dan
atenuasi karena keadaan-keadaan tertentu di titik penerima.
SUMBER
:

thanks kak ilmunya
BalasHapusNgebantu banget buat jurusan lain yang pengen ambil matkul akustik kelautan.
BalasHapusThx
Ijin comot
Ngebantu banget buat jurusan lain yang pengen ambil matkul akustik kelautan.
BalasHapusThx
Ijin comot
Mau nanya dong
BalasHapusDirumus target strenght kalau yg dicari li rumusnya gmna?
Makasih